Pluto (nama resmi: 134340) adalah sebuah planet katai (dwarf planet) dalam Tata Surya. Sebelum 24 Agustus 2006, Pluto berstatus sebagai sebuah planet dan setelah pengukuran, merupakan planet terkecil dan terjauh (urutan kesembilan) dari matahari.
Pada 7 September 2006, nama Pluto diganti dengan nomor saja, yaitu 134340. Nama ini diberikan oleh Minor Planet Center (MPC), organisasi resmi yang bertanggung jawab dalam mengumpulkan data tentang asteroid dan komet dalam tata surya kita. [1]
Pada 1978 Pluto diketahui memiliki satelit yang berukuran tidak terlalu kecil darinya bernama Charon (berdiameter 1.196 km). Kemudian ditemukan lagi satelit lainnya, Nix dan Hydra.
Setelah 75 tahun semenjak ditemukan, Pluto masih terbalut misteri. Saat ini wahana nirawak New Horizons telah diluncurkan untuk meneliti Pluto dan diperkirakan akan mendekati Pluto dalam jarak terkecil pada Juli 2015.
Statistik
Sejak ditemukan oleh Clyde William Tombaugh, seorang astronom muda di Observatorium Lowell, pada 18 Februari 1930, Pluto kemudian menjadi salah satu anggota dari Tata Surya yang paling jauh letaknya.
Jarak Pluto dengan matahari adalah 5.900,1 juta kilometer. Pluto memiliki diameter yang mencapai 2.486 km dan memiliki massa 0,002 massa Bumi. Periode rotasi Pluto adalah 6,39 hari, sedangkan periode revolusi adalah 248,4 tahun. Bentuk Pluto mirip dengan Bulan dengan atmosfer yang mengandung metan. Suhu permukaan Pluto berkisar -233oCelsius sampai dengan-223o Celsius, sehingga sebagian besar berwujud es.
Status Pluto sebagai planet
Kalau melihat sejarahnya, Pluto sebenarnya ditemukan lantaran adanya teori mengenai planet kesembilan dalam sistem tata surya Bimasakti.
Baru kemudian setelah Clyde mampu menunjukkan bukti-bukti nyata dalam
penelitiannya, akhirnya Pluto resmi menjadi salah satu planet yang
menentukan rotasi galaksi ini.
Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian, Charon,
satelit yang mengelilingi Pluto sempat dikira sebagai planet yang
sebenarnya. Akhirnya keberadaan satelit Charon ini semakin menguatkan
status Pluto sebagai planet
Akan tetapi, para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lain di belakang Neptunus (disebut objek trans-Neptunus) yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai objek Sabuk Kuiper
(Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan
benda langit termasuk dalam Obyek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna dan Haumea (1.500 km pada Mei 2004).
Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Obyek Sabuk Kuiper ini
diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran
lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, obyek ini juga memiliki satelit.
Pluto sendiri, dengan orbit memanjangnya yang aneh, memiliki perilaku
lebih mirip objek Sabuk Kuiper dibanding sebuah planet, demikian
anggapan beberapa astronom. Orbit Pluto yang berbentuk elips tumpang
tindih dengan orbit Neptunus. Orbitnya terhadap Matahari juga terlalu
melengkung dibandingkan delapan objek yang diklasifikasikan sebagai
planet. Pluto juga berukuran amat kecil, bahkan lebih kecil dari Bulan,
sehingga terlalu kecil untuk disebut planet.
Setelah Tombaugh wafat tahun 1997, beberapa astronom menyarankan agar International Astronomical Union,
sebuah badan yang mengurusi penamaan dan penggolongan benda langit,
menurunkan pangkat Pluto bukan lagi sebagai planet. Selain itu beberapa
astronom juga tetap ingin menerima Pluto sebagai sebuah planet.
Alasannya, Pluto memiliki bentuk bundar seperti planet, sedangkan komet
dan asteroid cenderung berbentuk tak beraturan. Pluto juga mempunyai
atmosfer dan musim layaknya planet.
Pada 24 Agustus 2006, dalam sebuah pertemuan Persatuan Astronomi Internasional, 3.000 ilmuwan astronomi memutuskan untuk mengubah status Pluto menjadi "planet katai".
Asal-usul nama
Mengenai masalah ini juga sempat menjadi kontroversi. Karena sempat
membuat banyak pihak saling berselisih paham. Banyak yang bilang nama
ini berasal dari karakter anjing dalam komik Walt Disney.
Kenyataan bahwa komik tersebut memulai debutnya pada tahun yang sama
dengan penemuan benda angkasa tersebut oleh manusia dipercaya banyak
pihak sebagai salah satu alasannya.
Nama Pluto juga merupakan nama seorang dewa
dari kebudayaan Romawi yang menguasai dunia kematian (Hades dalam
kebudayaan Yunani). Nama ini diberikan mungkin karena benda angkasa ini
sama gelap dan dinginnya dengan dewa tersebut,selain juga misteri yang
menyelimutinya.
Ternyata banyak nama lain yang pernah ditolak untuk menamai planet
baru tersebut. Salah satunya adalah Minerva, yang berarti dewi ilmu
pengetahuan. Alasannya jelas, karena nama tersebut sudah dipergunakan
untuk hal yang lain. Lalu ada nama Constante, merujuk pada nama pendiri
observatorium tempat Clyde bekerja, Constante Lowell. Namun pemberian
nama Lowell juga ditolak secara perlahan-lahan.
Diselimuti misteri
Hingga kini bisa dibilang Pluto adalah salah satu benda angkasa yang
paling jarang diteliti manusia. Berbagai alasan menyebabkan berbagai
proyek untuk meneliti Pluto terhenti.
Wahana peneliti
Salah satu penelitian yang cukup serius akhirnya digelar juga untuk
melihat Pluto, yaitu penelitian pihak AS melalui NASA, yang mengirimkan
satu set pesawat tanpa awak untuk mendata daerah permukaan Pluto,
karakteristik geografi dan geomorfologi secara global dan mencari data
struktur atmosfer yang melingkupi Pluto.
Sebuah ekspedisi yang dinamakan Pluto Express direncanakan
mulai meluncur ke angkasa pada Desember 2004 dan direncanakan tiba di
Pluto paling lama pada tahun 2008, namun ekspedisi ini akhirnya
dibatalkan pada tahun 2000 karena masalah dana dan digantikan sebuah misi baru bernama New Horizons
(diluncurkan Januari 2006). Pesawat ini akan melintasi Pluto dan
Charon, satelit alaminya dan kemudian mengirimkan foto-foto ke Bumi.
Salah satu studi yang akan dilakukan Horizons mencakup masalah atmosfer yang ada di lapisan satelit Pluto tersebut. New Horizons juga direncanakan akan terbang menuju Sabuk Kuiper.
Hingga kini dipercaya Pluto memiliki sifat atmosfer yang paling asli
semenjak memisahkan diri dari matahari. Lapisan atmosfer ini juga
dikenal sebagai lapisan paling dingin yang pernah dimasuki sebuah
pesawat misi angkasa luar dari bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar